NOL KILOMETER

Jalan Pangurakan No.1 Ngupasan Gondomanan Yogyakarta

Sekilas

Selain Malioboro, Nol Kilometer Yogyakarta atau Titik Nol juga tempat yang menarik untuk dikunjungi wisatawan. Suasananya sangat menyenangkan apalagi pada waktu malam hari untuk sekedar duduk berbaur dengan pengunjung lainnya untuk menikmati suasana kota. Nol Kilometer adalah sebuah titik yang menjadi patokan penentuan jarak antar daerah di Yogyakarta atau kota-kota lain di luar Yogyakarta. Berlokasi di depan alun-alun utara, Nol Kilometer dilengkapi dengan area pedestrian yang cukup luas yang dilengkapi dengan kursi-kursi taman. Kawasan di sekitar titik nol kilometer ini merupakan kawasan wisata sejarah. Di kiri-kanan, ada bangunan-bangunan kuno yang sering juga disebut loji. Yakni, bangunan-bangunan tua yang besar peninggalan Belanda. Di sebelah selatan terdapat gedung Bank Indonesia, Kantor Pos serta gedung BNI mengapit jalan menuju kraton. Di sebelah utara titik nol terdapat, istana gedung agung, malioboro, bentetng vendenburg serta Monumen Serangan Umum 1 Maret.

Macbook Video Underlay

Tentang

Titik nol kilometer Kota Yogyakarta adalah sebuah titik yang menjadi patokan penentuan jarak antar daerah di Yogyakarta atau kota-kota lain di luar Yogyakarta. Titik Nol Yogyakarta berada di persimpangan Kantor Pos Besar. Selain Kantor Pos Besar, persimpangan ini dikelilingi oleh gedung-gedung penting, seperti Bank BNI 46, Bank Indonesia, Gedung Agung, serta ada Monumen Serangan Umum 1 Maret. Di belakang monumen ini ada Museum Benteng Vredenburg. Secara administratif, kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan. Kota Yogyakarta. Kawasan tersebut berupa persimpangan yang mempertemukan empat ruas jalan, yaitu Jalan KH. Ahmad Dahlan dari sisi barat, Jalan Margo Mulyo dari sisi utara, Jalan Panembahan Senopati dari sisi timur, dan Jalan Pangurakan dari sisi selatan. Gedung-gedung tua peninggalan Belanda ini beraksitektur art deco, khas gaya Eropa kuno. Memang sudah direnovasi, tapi semua landmark Kota Yogyakarta ini tak pernah berubah dari bentuk aslinya.

Standard Post with Gallery
Standard Post with Gallery
Standard Post with Gallery

Informasi Lain

diambil dari berbagai sumber

#alodiatour

Siapapun pasti menyukai untuk berkumpul bersama orang yang tersayang? Nah di kota Jogja ada sebuah persimpangan yang menjadi favorit wisatawan maupun anak-anak luar daerah yang sekolah/kuliah di Jogja untuk berkumpul, namanya adalah Titik Nol Kilometer Jogja. Walaupun hanyalah sebuah persimpangan, namun persimpangan Titik 0 km ini bukanlah sebuah persimpangan biasa. Karena di persimpangan ini bisa dibilang sebagai titik tengah kota Jogja karena lokasinya yang benar-benar di depan Keraton Yogyakarta sebagai pendiri daerah yang istimewa ini. Terlebih lagi di sebelah utaranya adalah pusat keramaian wisata Jogja yaitu Jalan Malioboro, sehingga jika anda sedang nongkrong di persimpangan Titik Nol Kilometer ini benar-benar merasakan titik tengah Jogja yang begitu syahdu. Titik 0 Kilometer Yogyakarta memang tempat favorit wisatawan untuk menghabiskan waktu, terlebih pada sore hari dan malam hari yang setiap hari selalu ramai disesaki oleh para wisatawan yang sekedar hanya untuk nongkrong di dudukan yang banyak disediakan di sekitar perempatan. Memang tempat ini bukanlah perempatan pada umumnya yang biasanya hanya terdiri dari lampu lalu lintas dan kendaraan yang berhenti. Namun di Titik Nol Jogja ini kamu bisa menemukan area pedestrian yang cukup luas untuk menampung ribuan wisatawan sepanjang harinya. Pedestrian yang ada di kawasan Titik Nol Kilometer Jogja tampaknya tidak dibuat ala kadarnya, karena area pedestrian tersebut telah menggunakan batu marmer sebagai alas utama para wisatawan untuk berpijak. Dengan warna batu marmer yang keabu-abuan dan ukuran persegi yang cukup besar untuk setiap kotaknya, membuat area pedestrian Titik 0 Jogja menghadirkan kesan yang anggun dan nyaman untuk ditongkrongi.

#kompasiana

Berada di titik Nol kilomter di Jogjarata serasa kita berada di jantung kota .Hampir tak pernah sepi di sana.Mulai dari subuh sampai malam hari sampai dini hari masih saja ramai, inilah denyut kota Jokjakarta. Dan titik nol ini merupakan saksi sejarah dari perjuangan masarakat Jogjakarta beserta TNI. . Di sini peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 terjadi. Dimana TNI dan pejuang kita menggempur tentara Belanda dari banyak penjuru arah. Tujuannya untuk memukul kembali Belanda setelah agresi militer Belanda II di bulan Desember tahun 1948. Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX dan Letkol Soeharto merencanakan serangan ini. Jadi setelah persiapan selesai serangan akan dilaksanakan tanggal 1 Maret di mulai pukul 6.00.pagi. Jadi di titik nol ini pejuang kita bersama TNI melakukan penyerangan dari segala penjuru arah. Perlu melakukan serangan karena saat itu Jogjakarta adalah ibu kota Republok Indonesia. Jadi untuk meyakinkan UNCI ( United Nation Commission for Indonesia) bahwa Indonesia masih kuat.Juga agar wartawan asing bisa mengabarkan berita pada dunia kalau NKRI masih ada dan berdaulat. Sirene tanda mulainya serangan atau istilah di Jogjakarta gaug. Gaug masih ada, ada di sebelah pasar Bringharjo dan akan dibunyikan saat peringatan kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus tepat jam 10.00. Dan orang yang berperan dalam serangan ini adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX , dan jenderal besar Sudirman.Dan dalam waktu 6 jam, TNI dan pejuang kita bisa merebut kembali kota Jogjakarta. Dan di sekitar tugu di sana dibangun monumen searngan umum 1 Maret.

#traveling yuk

Banyak orang bingung saat ditanya titik nol Yogyakarta. Sebagian beranggapan, titik nol kilometer yang dimaksud berada di keraton. Ada yang menduga itu adalah tugu jogja atau tugu pal putih. Sebagian lain beranggapan itu adalah Alun-alun Utara, atau malah di antara dua pohon Beringin yang berada di tengahnya. Semuanya tidak tepat. Letak titik nol kilometer berada di lintasan, antara Alun-alun Utara hingga Ngejaman di ujung Selatan Malioboro. Sebuah papan peringatan resmi di depan bekas bangunan Senisono bisa menjadi petunjuk di mana tepatnya, Titik Nol Kilometer berada. Titik itu berada di sekitar perempatan jalan yang ada di depannya. Pada akhir tahun 70-an hingga awal tahun 80-an, di tengah perempatan tersebut masih ada air mancur kota. Diperkirakan, letak titik nol kilometer berada di lokasi air mancur ini. FOTO-9Kawasan di sekitar titik nol kilometer ini merupakan kawasan wisata sejarah. Di kiri-kanan, ada bangunan-bangunan kuno yang sering juga disebut loji. Yakni, bangunan-bangunan tua yang besar peninggalan Belanda. Kawasan nol kilometer juga menjadi sentra perekonomian bagi masyarakat Yogyakarta, karena letaknya yang strategis. Sebut saja Kawasan Malioboro, Pasar Beringharjo, kawasan Jalan Kyai Ahmad Dahlan, serta kawasan Jalan Wijilan yang selalu dipadati wisatawan. Pada malam hari, sepanjang trotoar sekitar perempatan Jalan Jendral Ahmad Yani dan Jalan KH Ahmad Dahlan menjadi tempat nongkrong menghabiskan malam. Banyak komunitas juga berkumpul untuk mencari inspirasi dan menyalurkan bakat dengan berekspresi. Di area Monumen Serangan Umum Satu Maret, masyarakat memanfaatkan public area tersebut dipakai konser musik.

#jalan jogja

Menikmati Yogyakarta wajib merasakan bagaimana bersantai di salah satu sudut kota istimewa ini. Bagaimana warga Jogja dan pengunjungnya bersantai menikmati suasana syahdu? Datanglah ke persimpangan titik nol kilometer. Ketika berkunjung ke Jogja, Malioboro dan Persimpangan Titik Nol Kilometer merupakan tempat wajib untuk didatangi. Belum ke Jogja kalau belum kesini. Kalau ke Malioboro kita bisa memuaskan hasrat berbelanja dan mencicipi kulinernya. Puas berbelanja, datanglah ke persimpangan yang tidak jauh dari Malioboro. Titik Nol Kilometer namanya, ini bukan persimpangan biasa. Berbaur dengan warga dan pengunjung lainnya, kita akan merasakan suasana Jogja yang sesungguhnya. Lokasi strategis di depan alun-alun utara, menjadikan tempat ini sebagai salah satu tempat paling tepat menikmati suasana Jogja yang bikin kangen. Jika anda beruntung, anda bisa menyaksikan suguhan seperti tarian ataupun atraksi budaya. Area pedestriannya yang luas mampu menampung banyak orang. Beberapa kursi taman pun tersedia, menambah kenyamanan pengunjung. Dihiasi pula oleh lampu hias dan gedung-gedung tua peninggalan kolonial Belanda. Jika anda menghadap ke selatan, terlihat gedung Bank Indonesia, Kantor pos dan Gedung BNI mengapit jalan menuju keraton. Ketiga gedung klasik dan eksotik ini selalu dijadikan obyek foto para pengunjung. Jika menghadap ke utara, anda akan melihat jalan Malioboro sebagai jalan utama. Anda akan mendapati Istana Negara, Benteng Vendeburg dan Monumen Serangan Umum 1 Maret. Monumen ini merupakan bukti bahwa persimpangan ini memiliki nilai historis tinggi. Monumen ini didirikan untuk menghargai jasa pahlawan. Dipimpin oleh Jendral Soedirman, serangan besar dilakukan untuk mengusir Belanda dari Yogyakarta. Tidak jauh dari Monumen Serangan Umum 1 Maret, terdapat beberapa patung khas abdi dalem. Patung berbentuk tambun nan ramah ini bernama Bedjokarto. Dalam bahasa jawa Bedjo berarti untung dan Karto berarti aman. Patung ini memberikan pesan dan harapan aman, adem dan tentram untuk Yogyakarta.